Kisah Sukses Bambang Krista Beternak Ayam Kampung Omzet Ratusan Juta Tiap Bulan

Kebanyakan orang masih menganggap beternak ayam kampung sebagai usaha sampingan saja. Padahal jika cara beternak ayam kampung betul, bukan tidak mungkin bisa menghasilkan omzet sampai ratusan juta rupiah tiap bulannya. Sebagaimana pengalaman Bambang Krista asal Bekasi ini.

Semuanya berawal dari tahun 1990-an, di mana Bambang mulai menggeluti bisnis ternak ayam tersebut. Mengawali karier dengan ayam broiler, akhirnya lulusan Fakultas Peternakan Undip Semarang ini memutuskan beralih ke ayam kampung. Peralihan itu disebabkan kondisi krisis 1998 yang mengguncang kondisi penjualan ayam broiler, di mana harga pakannya naik drastis mengikuti harga tukar dolar saat itu.

Akibatnya, banyak peternak yang kehabisan modal karena harga jual pun ternyata jatuh. “Waktu itu ekonomi lagi sulit, orang beli beras saja sudah bagus,” ucapnya. Namun, kondisi tersebut tidak mematahkan semangat pria kelahiran 5 Oktober 1963 di Solo ini untuk bangkit kembali bersama dengan bisnis peternakan ayam.

Kisah sukses Bambang Krista beternak ayam kampung omzet ratusan juta setiap bulan.

Pada tahun 2005 Bambang memulai usaha DOC (day old chicken) atau ayam umur sehari. DOC juga dikenal sebagai pithik di kalangan masyarakat Jawa. Pada lahan seluas tiga hektare, usaha tersebut menyasar segmen pasar secara umum. Baik itu pengusaha yang berniat melakukan diversifikasi, ataupun para calon pengusaha ayam kampung yang ingin belajar.

Dalam usahanya, pria asal Solo ini mempunyai tiga produk utama, yaitu DOC, telur, dan ayam konsumsi. DOC juga dapat dibagi dua, yaitu kelas super dan kelas murni. Sedangkan, ayam konsumsi dapat dibagi dua, yaitu dalam kondisi hidup ataupun kondisi siap yang diolah. “Untuk DOC yang kelas super itu, berarti ayam dari hasil persilangan dengan berbagai jenis,” jelasnya seperti dilansir Sindonews.com.

Bambang juga menjelaskan jika di peternakannya dalam seminggu produksi DOC dapat mencapai 40.000, kemudian telur bisa mencapai 10.000 butir. Sedangkan, produksi ayam konsumsi bisa melayani 1.500 per hari. “Suplai ayam konsumsi untuk usaha ayam goreng di Jabodetabek,” ujarnya.

Dengan harga jual untuk DOC sebesar Rp4.000– 5.000 per ekor, Rp1.200–1.500 per butir untuk telur, dan Rp25.000 Rp35.000/kg untuk ayam konsumsi, serta Rp28.000/kg untuk ayam hidup. Walaupun sempat berat di awal usahanya akibat sulitnya mencari pinjaman dalam memulai usaha ayam kampung ini, kini ia boleh berbangga dengan omzetnya dalam sebulan yang mampu menembus Rp400 juta.

Kondisi ini tentu saja berbeda dengan dulu, bahkan kini semakin banyak tawaran berbagai bank untuk meminjamkan modal usaha kepadanya. Sebelum berkembang menjadi produk DOC, Bambang memilih memulai usahanya dengan produk telur ayam kampung. Pemilihan untuk berawal dari telur karena telur lebih aman dibanding ayam, sehingga bagus jika kita baru merintis usaha.

Produk telur dapat disimpan hingga jangka waktu tiga minggu, berbeda dengan ayam yang harus segera dijual jika tidak mau pembeli lari karena berat ayam yang tidak sesuai permintaan sedangkan telur cukup hanya dengan mengawasi kondisi tempat penyimpanan. Keuntungan lainnya ialah kita tidak perlu memperhatikan berat telur seperti ayam, jadi lebih mudah dalam mengelolanya.

Dalam perkembangannya alumnus Undip ini melihat peluang yang dapat dimanfaatkan. Hal tersebut ia sadari karena masih sedikit pengusaha ayam yang mau menggarap breeding farm ayam kampung karena itu berarti pengusaha hanya mendapatkan uang receh. Karena, konsumen ayam kampung memang masih berada dalam skala menengah, dengan tingkat permintaan 300–500 ekor.

Berbeda dengan bisnis ayam broiler di mana pasar sudah terbentuk mapan untuk konsumsi skala besar. Kondisi tersebut sering dianggap tidak efektif bagi banyak pengusaha, sehingga malas untuk menggarapnya. Sementara, Bambang tetap optimistis untuk menggarap pasar breeding farm ayam kampung tersebut dan untuk itu ia harus sedikit repot dan sabar mengurusi permintaan dari berbagai lokasi.

Kondisi tersebut membuat ia harus membina pelanggannya hingga akhirnya saat ini ia mempunyai pembeli yang secara rutin membeli 4.000 ekor DOC setiap minggunya. “Walaupun ini uang receh, tapi kalau dikumpulkan yalumayan juga,”ucapnya.

Pembinaan pelanggan ini betul-betul ia seriusi, hal ini dapat terlihat dengan diterbitkannya beberapa buku mengenai pengelolaan usaha ayam kampung oleh Bambang Krista. Membuat buku dan mengadakan pelatihan ternyata menjadi sarana promosi yang efektif hingga saat ini.

Kegiatan tersebut memberikan keuntungan dalam dua arah, bagi Bambang dan juga pelanggannya. Kegiatan tersebut berarti membuka peluang seluasluasnya bagi semua orang yang ingin mencoba usaha ternak ayam kampung.

Masih sepinya pasar breeding farm ayam kampung ini juga diakibatkan kebijakan pemerintah yang menjaga korporasi besar untuk tidak turut bermain dalam ternak ayam kampung. Jika pemodal besar ikut bermain, maka dapat dipastikan para peternak lokal tidak akan mampu mengontrol harga produk di pasar. (as)

Sumber: Ciputraentrepreneurship.

21 Jenis Ayam Kampung Asli Indonesia

Ayam kampung asli Indonesia terbanyak di dunia. Meski begitu, ada beberapa ayam yang hampir punah. Bahkan sudah punah sama sekali.


Berikut 21 jenis ayam kampung asli Indonesia, antara lain:

  1. Ayam Kedu asal Jawa Tengah (Magelang - Temanggung). Ayam ini terdiri dari beberapa jenis, yakni:
    • Ayam Kedu Hitam
    • Ayam Kedu Cemani
    • Ayam Kedu Putih
    • Ayam Kedu Merah.
  2. Ayam Nunukan asal Kalimantan (Tarakan)
  3. Ayam Pelung asal Jawa Barat (Cianjur)
  4. Ayam Sentul asal Jawa Barat (Ciamis) ~ MENDEKATI PUNAH
  5. Ayam Banten asal Jawa barat (Banten)
  6. Ayam Gaok asalMadura (Sumenep)
  7. Ayam Ciparage asal Jawa Barat (Karawang) ~ PUNAH
  8. Ayam Bali asal Bali
  9. Ayam Wareng asal Jawa Tengah dan Jawa Barat
  10. Ayam Ayunai asal Papua (Merauke)
  11. Ayam Tolaki asal Sulawesi Tenggara (Tolaki)
  12. Ayam Delona asal Jawa Tengah (Delanggu)
  13. Ayam Merawang/Bangka asal Bangka
  14. Ayam Balenggek asal Sumatra Barat
  15. Ayam Ketawa/Sidrap/Gaga asal Sulawesi Selatan (Sidrap)
  16. Ayam Jantur asal (Jawa Barat) ~ PUNAH
  17. Ayam Kalosi asal Sulawesi Selatan
  18. Ayam Burgo asal Bengkulu
  19. Ayam Maleo asal Sulawesi dan Maluku
  20. Ayam Tukong asal Kalimantan Barat
  21. Ayam Sedayu asal Jawa Tengah (Magelang) ~ PUNAH
  22. Ayam Kinantan asal Sumatra Utara ~ PUNAH

Setelah mengetahui jenis-jenis ayam ini, adakah di antara anda semua yang ingin beternak ayam kampung salah satu di antaranya?

6 Langkah Membuat Formulasi Pakan Ayam Kampung Fase Starter (Usia 1-28 Hari)

Salah satu kunci sukses beternak ayam kampung yang harus dimiliki setiap calon peternak adalah kemampuan membuat formulasi pakan. Sebab, jika mengandalkan pakan yang disediakan di pasaran harganya cukup menguras kantong. Karena itu, harus pintar-pintar mengelola pakan supaya tidak menjebol keuangan tapi tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ayam. Caranya ya dengan membuat formulasi sendiri.

Bagaimana caranya?

Dalam artikel sebelumnya (baca: "Mengenal Bentuk dan Jenis Pakan Ayam"), telah disebutkan jika makanan ayam terbagi menjadi dua: untuk fase starter dan untuk fase finisher.

Pakan ayam kampung fase starter mulai diberikan kepada ayam sejak umur 1 hari sampai 28 hari (4 minggu). Ayam usia ini membutuhkan protein dan energi yang berbeda dengan fase finisher. Adapun kebutuhan protein dan energinya adalah sebagai berikut (lihat tabel 1)

Tabel 1. 
Sumber tabel: Erick Erlangga, S.Pt., Sukses Beternak Ayam Kampung di Pekarangan Rumah, Jakarta: Pustaka Agro Mandiri, 2013, hlm. 49.

Sesudah kita mengetahui kebutuhan protein dan energi yang dibutuhkan oleh ayam usia 1-28 hari. Langkah selanjutnya adalah membuat formula ransum dengan bahan-bahan ransum yang diinginkan.

Contohnya: Kita mau membuat ransum sebanyak 100 kg dengan bahan-bahan dasar yaitu dedak padi, bekicot, jagung kuning, tepung daun lamtoro, ampas tahu, bungkil kelapa, onggok, dan tepung ikan. Kemudian buatlah ransum ayam dengan kandungan protein sebesar 18,5-19,5% dan kandungan energi sebesar 2.700-2.950 kkal/kg.

Langkah pertama,

Ketahui terlebih dulu kandungan nutrisi setiap bahan. Coba lihat dulu tabel 2.

Tabel 2.
Sumber tabel: Erick Erlangga, S.Pt., Ibid, hlm. 50.

Langkah kedua,

Pisahkan bahan ransum menjadi dua kelompok, yaitu protein basal (dedak padi, jagung, dan onggok) serta protein suplemen (ampas tahu, bungkil kelapa, tepung bekicot, tepung lamtoro, dan tepung ikan).

Catatan Penggunaan:
Dedak padi dipakai dua kali lebih banyak daripada bahan lainnya di kelompok protein basal.
Pemakaian bahan protein dari hewan dua kali lebih banyak dibandingkan bahan nabati di kelompok protein suplemen.

Langkah ketiga,

Menghitung rata-rata protein dari setiap kelompok protein. Caranya PK x penggunaan.

Protein Basal
Dedak padi = 13,6% x 2 = 27,2%
Jagung kuning = 9% x 1 = 9%
Onggok = 2,84% x 1 = 2,84%
Total = 39,04%

Jumlah total kemudian dibagi 4 bagian, sehingga 9,76% atau 0,097

Protein Suplemen
Ampas tahu = 26,6% x 1 = 26,6%
Bungkil kelapa = 20,5% x 1 = 20,5%
Tepung bekicot = 60,9% x 2 = 121,8%
Tepung lamtoro = 23,2% x 1 = 23,2%
Tepung ikan = 53% x 2 = 106%
Total = 298,1%

Jumlah total kemudian dibagi 7 bagian, sehingga 42,58% atau 0,425

Langkah keempat, 

Membuat persamaan aljabar. Misalnya X = kelompok protein basal dan Y = kelompok protein suplemen. Maka persamaannya adalah

X+Y = 100 (100 adalah jumlah pakan yang akan dibuat (dalam kg). Ini kemudian disebut persamaan 1).
0,097 X + 0,425 Y = 19,5 (19,5 adalah persentase protein ransum, selanjutnya disebut dengan persamaan 2).

Langkah kelima,

Melakukan eliminasi diantara kedua persamaan tersebut. Tapi, sebelumnya kalikan persamaan pertama dengan angka 0,425. Kemudian persamaan 1 dikurangi persamaan 2.

0,425 X + 0,425 Y = 42,5
0,097 X + 0,425 Y = 19,5

Sehingga menjadi 0,328 X = 23 --> X = 23/0,328 = 70,12

Setelah mendapatkan X. "X" disubtitusikan dengan persamaan 1, yaitu:
X + Y = 100
70,12 X + Y = 100
Y = 100 - 70,12
Y = 29,88

Dari perhitungan di atas, didapatkan komposisi bahan makanan ayam kampung dibutuhkan bahan protein basal sebanyak 70,12% dan protein suplemen sebanyak 29,88%. 

Langkah keenam,

Menghitung setiap komposisi bahan pakan yang akan dipakai dalam menyusun ransum ayam kampung dari nilai X dan Y yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya.

Komposisi Bahan Protein Basal
Dedak padi = 2/4 x 70,12% = 35,06%
Jagung kuning = 1/4 x 70,12%= 17,53%
Onggok = 1/4 x 70,12% =17,53%

Komposisi Bahan Protein SuplemenAmpas tahu = 1/7 x 29,88% = 4,27%
Bungkil kelapa = 1/7 x 29,88% = 4,27%
Tepung bekicot = 2/7 x 29,88% = 8,54%
Tepung lamtoro = 1/7 x 29,88% = 4,27%
Tepung ikan = 2/7 x 29,88% = 8,54%

Demikianlah, 6 langkah cara membuat formulasi pakan untuk ternak ayam kampung. Semoga bisa membantu. Bila ada pertanyaan, sila berkomentar di box.

5 Bahan Pakan Ayam Kampung yang Mengandung Sumber Protein

Pada artikel sebelumnya "4 Bahan Pakan Ayam Kampung yang Mengandung Sumber Energi", telah diulas tentang bahan-bahan yang mengandung sumber energi. Kelanjutan dari itu, maka kita lanjutkan pembahasan tentang 5 bahan pakan yang mengandung sumber protein.

Apa saja bahan-bahan itu?

Ikan Rucah


Ikan Rucah merupakan limbah ikan hasil tangkapan nelayan yang tidak bisa dimakan manusia. Daripada dibuang, maka dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak ayam kampung. Kandungan protein yang dimiliki banyak, yaitu 41-51%. Bahan pakan ini bisa dipakai antara 5-15% dari total campuran.

Bungkil kelapa

Bungkil kelapa merupakan limbah olahan kelapa menjadi minyak kelapa. Kandungan protein yang dimiliki bungkil kelapa adalah 20-21% dan energi metabolisme 1.890 kkal/ kg. Bahan ini bisa didapat dipasar dengan harga yang murah. Karena itu pemakaiannya bisa sebesar 5-12%.

Ampas Tahu

Ampas tahu merupakan limbah olahan kedelai menjadi tahu. Kandungan protein bahan pakan ini adalah sebesar 23-60%. Untuk dijadikan bahan pakan, ampas tahu bisa langsung dipakai segar yang baru dibeli dari pasar atau dikeringkan dulu. Jika dikeringkan harus diolah dulu. Caranya, diberi ragi tempe supaya terjadi fermentasi selama 2-3 hari.

Keuntungan ampas tahu yang dikeringkan:
  1. Lebih awet
  2. Protein lebih tinggi
  3. Meningkatkan daya cerna
  4. Meningkatkan palabilitas

Tepung daun lamtoro

Daun lamtoro yang sudah berbentuk tepung juga cocok dipakai untuk bahan pakan. Karena daun lamtoro mengandung protein yang cukup tinggi dan xantofil. Sehingga, baik untuk menguningkan kaki dan kulit ayam kampung.

Ampas kecap

Ampas kecap berasal dari limbah olahan kedelai menjadi kecap. Meski mengandung protein sebesar 24,9%, pemakaian bahan pakan ayam ini harus dibatasi. Hal ini karena bahan pakan ini mengandung lemak tinggi sebesar 24,3%. Lemak yang tinggi dapat menyebabkan ransum bisa dengan mudah teroksidasi, sehingga menjadi lebih mudah tengik.

4 Bahan Pakan Ayam Kampung yang Mengandung Sumber Energi

Sebelumnya, kita sudah membahas tentang "Mengenal Bentuk dan Jenis Pakan". Setelah kita mengenal bentuk dan jenisnya, maka langkah berikutnya adalah mengenal apa saja bahan-bahan yang dipakai untuk campuran pakan ayam. Setidaknya ada dua bahan yang dipakai oleh para peternak, yaitu: bahan pakan sumber energi dan sumber protein.

Pengetahuan ini nantinya dapat bermanfaat sebagai pedoman dalam membuat pakan ternak ayam kampung. Untuk artikel pertama ini, kita akan mengulas 4 bahan pakan ayam kampung yang mengandung sumber energi. Mari simak apa saja itu.

1. Dedak

4 Bahan Pakan Ayam Kampung yang Mengandung Sumber Energi

Dedak yang berasal dari limbah olahan padi ini sangat cocok dijadikan bahan pakan (biasa disebut juga bekatul). Sebab, kandungan energi metabolismenya berkisar antara 700-2.500 kkal/kg dan kandungan seratnya 12%. Kandungan tersebut cukup tinggi sebagai bahan pakan. Berbeda dengan ayam ras yang pemakaiannya dibatasi antara 5-10%, bahan pakan ini bisa dipakai untuk ayam kampung maksimal 65%.

2. Onggok

4 Bahan Pakan Ayam Kampung yang Mengandung Sumber Energi

Onggok yang berasal dari limbahan olahan singkong menjadi tepung tapioka ini cukup banyak juga kandungan metabolismenya 2.956 kkal/kg. Namun, pemakaian maksimalnya dibatasi hanya 5-10% saja.

3. Pollard

4 Bahan Pakan Ayam Kampung yang Mengandung Sumber Energi

Pollard yang merupakan limbah olahan gandum menjadi tepung terigu ini juga cocok dijadikan bahan pakan ayam kampung (biasa disebut dedak gandum). Namun, harap dicatat, penggunaannya mesti sangat dibatasi. Ya, meskipun kandungan energi metabolismenya berkisar antara 1.140-2.600 kkal/kg, tapi kandungan serat yang dimilikinya dapat membuat ayam mencret.

4. Jagung Kuning

4 Bahan Pakan Ayam Kampung yang Mengandung Sumber Energi

Di Indonesia dikenal tiga jenis jagung, yakni: jagung merah, jagung putih, dan jagung kuning. Tapi, jagung kuning-lah yang memiliki kandungan nutrisi paling besar dibandingkan dua lainnya. Sementara itu, kandungan metabolismenya mencapai 3.360 kkal/kg. Sayangnya, harganya lumayan mahal (terlebih jika digunakan peternak ayam pemula). Karena itu, pemakaiannya dibatasi 20-40% saja dari total ransum. Demi penghematan.

Mengenal Bentuk dan Jenis Pakan Ayam Kampung

Salah satu faktor penentu kesuksesan ternak ayam kampung adalah pakan. Karena itu, pengetahuan tentang pakan mutlak diketahui oleh para peternak dan bahkan calon peternak. Sebaiknya pengetahuan ini didapat sebelum calon peternak terjun langsung ke lapangan.

Tujuan pengetahuan ini adalah calon peternak memahami cara meracik (menyusun) pakan ayam sesuai kebutuhan usia atau bobot. Dengan begitu, nantinya tidak hanya bergantung dengan pakan yang ada di pasaran. Namun, bisa memanfaatkan “limbah manusia” yang ada di sekitar lingkungan. Kalau sudah begitu biaya operasional pun dapat ditekan.

Mengenal Bentuk dan Jenis Pakan Ayam Kampung

Bentuk Pakan

Selama ini di kalangan peternak ayam kampung dikenal tiga ragam bentuk pakan, yaitu: tepung halus, pelet, dan remah (crumble). Mari simak penjelasannya berikut ini.

Pakan tepung halus adalah pakan yang didapat dari hasil penggilingan tanpa dipadatkan. Saat diberikan kepada ayam, nantinya, pakan ini dicampur dengan bahan pakan lainnya sehingga menjadi homogen. Pada umumnya, ayam yang diberi makan dengan pakan tepung adalah ayam berumur kurang dari seminggu. Lebih dari itu biasanya menggunakan pakan remah atau pelet. Keuntungan pakan tepung adalah harganya yang murah. Sementara kerugiannya adalah pakan mudah dikais oleh ayam dan pencampuran yang tidak merata sehingga ada pemisahan bahan yang menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi yang akan dikonsumsi oleh ayam.

Pakan pelet merupakan bahan pakan yang digiling kemudian dipadatkan. Keuntungan dari bentuk pakan ini adalah sangat disukai ayam, karena meningkatkan selera makan. Di samping, dapat menekan tingkat pemborosan pakan. Karena itu, efisiensi pakan pelet jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pakan tepung.

Pakan remah (crumble) pada umumnya didapat dengan cara memecah pakan pelet menjadi butiran-butiran kecil (remah). Peternak biasa memberikan pakan ini untuk ayam umur 2 minggu sampai panen.

Jenis Pakan

Tentu jumlah kandungan dalam pakan yang diberikan untuk ayam dibedakan sesuai umur, bobot, serta tujuan produksi. Mengacu pada hal tersebut, ada dua jenis pakan yang dikenal secara umum di kalangan peternak, yakni: pakan untuk tujuan pembesaran dan pakan untuk tujuan teluran. Berikut penjelasannya.

Pakan untuk tujuan pembesaran (ayam kampung pedaging) terbagi menjadi dua bagian. Pertama, pakan untuk ayam umur 0-28 hari yang disebut stater; kedua, pakan untuk ayam berumur 28 hari lebih sampai masa panen (bobot sekitar 800 gram – 1 kilogram) yang disebut grower atau finisher.

Sedangkan, pakan untuk teluran (ayam kampung petelur) bisa menggunakan pakan yang disebut layer. Pakan ini juga biasa digunakan sebagai pakan ayam ras petelur. Selain memakai layer, peternak juga dapat meracik sendiri pakan khusus – dengan catatan pakan racikan khusus ini memiliki kandungan protein sebesar 16-17 persen.

Demikian artikel "Mengenal Bentuk dan Jenis Pakan Ayam Kampung". Dalam artikel selanjutnya, kita akan melanjutkan ulasan mengenai pakan tentang ragam bahan pakan yang bisa digunakan.

Tips Memilih Bibit Ayam Kampung Petelur 2

Untuk usaha ayam petelur, biasanya para peternak ayam kampung petelur lebih memilih bibit ayam betina yang siap bertelur daripada memulainya dari anak ayam (DOC). Meski begitu, patut pula disampaikan cara memilih bibit ayam petelur dari DOC.

Namun sebelum ke sana, DOC yang dipilih hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
  1. Gerakannya lincah
  2. Sehat dan jelas indukannya
  3. Bulu DOC halus dan kering dengan dubur yang kering
  4. Mata bula bercahaya, kaki kuat dan bisa berdiri sendiri
  5. Ketika masa brooding ayam tak selalu mendekati sumber panas

Apabila syarat-syarat diatas terpenuhi, maka bisa diambil kesimpulan bahwa DOC sehat. Sehingga, bisa berlanjut ke langkah berikutnya yaitu membedakan jenis kelamin. Sebab, nantinya bibit ayam kampung yang diambil adalah ayam betina.

Ada dua cara untuk membedakan jenis kelamin, yaitu melihat bagian kloaka dan pengamatan fisik.

Tips Memilih Bibit Ayam Kampung Petelur 2

Pengamatan bagian kloaka

  1. DOC yang akan dicek jenis kelaminnya dipegang dengan tangan kanan.
  2. Lehernya diapit jari tengah dan manis.
  3. Badan DOC diarahkan ke bawah, sementara perut bagian bawah diraba memakai jempol dan kelingking tangan kiri.
  4. Punggung DOC diketuk supaya kotorannya keluar dari kloaka.
  5. Bagian bawah anus ditekan dan telunjuk diletakkan di bagian kloaka.
  6. Buka lubang kloaka supaya bagian dalamnya menonjol keluar.
  7. Amati secara seksama bagian kloaka apakah ada titik. Jika ada, bisa dipastikan bahwa DOC yang sedang dicek berjenis kelamin jantan. Begitu pula sebaliknya.

Nb. Cara ini bisa diterapkan pada DOC anak ayam kampung yang berusia tidak lebih dari 2 minggu sejak menetas.

Pengamatan fisik

  1. Ayam jantan bentuk tubuhnya lebih besar, tinggi, padat, gagah. Sedangkan, ayam betina bentuk tubuhnya lebih pendek dan lembek.
  2. Ayam jantan matanya lebih bercahaya, sementara ayam betina cahaya matanya lebih lemah.
  3. Pertumbuhan tubuh dan bulu ekor ayam jantan lebih cepat dibandingkan ayam betina yang notabene lebih lambat dan bulu tumbuh merata.
  4. Anak ayam jantan dan betina memang lincah tapi ayam jantan suaranya lebih nyaring.